Gerbang Tani Kepri: Hentikan Perusakan Raja Ampat Demi Tambang Nikel!

Avatar photo
Edwin K. Nugroho Ketua DPW Gerbang Tani Kepri (Kiri), ADI Raharjo Sekretaris DKW Garda Bangsa Kepri (Kanan)

Oleh: Edwin K. Nugroho – Ketua DPW Gerbang Tani Provinsi Kepulauan Riau

Ketika mendengar kabar tentang kerusakan lingkungan yang terjadi di Raja Ampat akibat aktivitas tambang nikel, hati saya terenyuh. Sebagai seorang yang tumbuh besar di kepulauan dan terbiasa hidup berdampingan dengan alam, kabar ini bukan sekadar berita biasa—ini adalah alarm bahaya yang harus segera ditindaklanjuti.

Raja Ampat bukan hanya kebanggaan Papua Barat, melainkan mahkota Indonesia di mata dunia. Surga bahari dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia ini kini terancam karena keserakahan segelintir pihak yang menjadikan tambang sebagai jalan pintas ekonomi. Saya sepenuhnya sejalan dengan sikap tegas Anggota Komisi VII DPR RI, Ratna Juwita Sari, yang mengecam keras kerusakan ini.

BACA JUGA:  Kegiatan Jumat curhat Polsek Batu Ampar Bersama Warga Kelurahan Seraya, Ini Pesan Wakapolsek

Ini bukan hanya soal tambang dan ekonomi, ini soal masa depan. Generasi yang akan datang berhak mewarisi kekayaan alam yang lestari, bukan bekas tambang yang meninggalkan luka di bumi. Kita tidak bisa terus-menerus memakai dalih pembangunan untuk melegalkan eksploitasi yang merusak.

Sebagai Ketua DPW Gerbang Tani Kepulauan Riau, saya menilai kejadian di Raja Ampat adalah tamparan keras bagi kita semua, khususnya para pemangku kepentingan. Bukankah seharusnya pemerintah pusat dan daerah berdiri paling depan melindungi tanah dan laut kita dari praktik tambang yang serampangan?

Kita bicara tentang tanah adat, tentang hutan hujan tropis yang telah menjaga ekosistem selama ribuan tahun. Kita bicara tentang laut biru yang jadi sumber penghidupan masyarakat pesisir. Mengapa semua itu dikorbankan demi logam yang hanya menguntungkan korporasi besar?

BACA JUGA:  Langkah Sigap Bhabinkhamtibmas Polsek Bulang dalam memediasikan Perselisihan Antara Warganya

Saya menyerukan agar izin-izin tambang yang merusak lingkungan—khususnya di wilayah-wilayah konservasi seperti Raja Ampat—dievaluasi secara menyeluruh. Jika perlu, cabut! Jangan tunggu sampai semuanya terlambat.

Kita butuh pendekatan pembangunan yang adil dan berkelanjutan. Pendekatan yang menempatkan rakyat dan alam sebagai subjek utama, bukan objek eksploitasi. Jika tidak, kita akan menjadi generasi yang dikenang bukan karena keberhasilan membangun, tapi karena kegagalan menjaga.

Raja Ampat adalah wajah Indonesia di mata dunia. Jika wajah itu tercoreng karena tambang, maka sejarah akan mencatat kita sebagai bangsa yang abai pada pusaka terbesarnya: alam.

BACA JUGA:  𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐊𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 - 𝐊𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐣𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐏𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧 𝐈𝐧𝐬𝐩𝐢𝐫𝐚𝐭𝐢𝐟 𝟐𝟎𝟐𝟒, 𝐉𝐞𝐟𝐫𝐢𝐝𝐢𝐧: 𝐒𝐢𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐫𝐢𝐞𝐫 𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐒𝐞𝐤𝐝𝐚

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *