Pancasila Menyatukan Keberagaman:Meneguhkan Komitmen Kebangsaan Di Tengah Dinamika Zaman

Avatar photo

Oleh: Linayati Lestari (Akademisi)

PRAWARAKEPRI.COM BATAM, – Setiap tanggal 1 Juni, kita diingatkan kembali pada sebuah peristiwa historis yang menentukan arah perjalanan bangsa Indonesia yakni lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.

Bukan sekadar dokumen kenegaraan, Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa yang lahir dari refleksi mendalam atas keberagaman nusantara.

Di dalamnya terpatri semangat untuk hidup bersama secara adil, bermartabat, dan berdaulat.

Peringatan hari lahir Pancasila tidak boleh berhenti pada seremonial atau retorika kebangsaan semata. Ia harus menjadi ruang reflektif sekaligus korektif terhadap sejauh mana nilai-nilai Pancasila benar-benar hadir dan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam ruang pendidikan dan masyarakat. Keberagaman: Potensi atau Tantangan?

Indonesia dibangun di atas fondasi keberagaman yang amat kompleks. Lebih dari 1.300 kelompok etnik, ratusan bahasa daerah, dan beragam keyakinan serta budaya lokal. Dalam konteks kota Batam, keberagaman ini tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai kota industri dan perlintasan regional, Batam menjadi tempat pertemuan masyarakat dari berbagai latar belakang suku, agama, budaya, bahkan negara asal. Ini menjadikan Batam sebagai miniatur Indonesia sekaligus sebagai cermin tantangan dan peluang dalam membumikan nilai-nilai Pancasila.

Pertanyaannya, apakah keberagaman ini benar-benar kita kelola sebagai kekuatan bersama, ataukah justru masih menjadi potensi konflik laten yang sesekali muncul dalam bentuk intoleransi, segregasi sosial, dan ketimpangan?

BACA JUGA:  Terpilih Secara Musyawarah, Suigwan Jabat Ketua Umum IKA UIS Batam Periode 2024 - 2029

Disinilah Pancasila memainkan peran fundamental sebagai kompas moral sekaligus arah kebijakan.

Pancasila menyatukan keberagaman dengan menawarkan nilai-nilai universal, seperti: Ketuhanan yang menuntut toleransi, Kemanusiaan yang menjunjung martabat semua insan, persatuan dalam keragaman, demokrasi yang berakar pada kearifan kolektif, serta keadilan sosial yang inklusif. Pendidikan:

Arena Strategis Penanaman Nilai Pancasila. Pendidikan adalah ruang strategis untuk menanamkan dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila sejak dini.

Namun, persoalannya bukan hanya pada ajaran Pancasila dalam Kurikulum saja,
melainkan juga pada bagaimana ia diajarkan dan dihidupkan. Pendidikan kita masih kerap terjebak pada pendekatan kognitif semata, menjadikan Pancasila sebagai sekadar hafalan lima sila.

Padahal, tantangan zaman menuntut pembentukan karakter kebangsaan yang kuat melalui pengalaman langsung, keteladanan, dan dialog kritis tentang realitas sosial. Kami terus mendorong transformasi pendidikan karakter berbasis pancasila yang lebih kontekstual dan aplikatif.

Pancasila tidak boleh terjebak dalam teks; ia harus hadir dalam praktik: dalam cara guru mengelola perbedaan di kelas, dalam sistem evaluasi yang adil, dalam partisipasi orang tua, hingga dalam kebijakan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai keadilan dan inklusi. Kritis atas Realitas, Optimis atas Masa Depan?

BACA JUGA:  Mediasi Gugatan Ijazah Presiden Jokowi Buntu, Langkah Hukum Ditempuh

Sebagai Akademisi, saya tidak bisa Menutup mata terhadap masih jauhnya realitas sosial kita dari nilai-nilai Pancasila yang ideal. Ketimpangan ekonomi, praktik korupsi, diskriminasi terhadapkelompok minoritas, hingga menguatnya politik identitas adalah indikator bahwa Pancasila belum sepenuhnya menjadi napas dalam sistem sosial kita.

Namun saya tetap optimis. Justru di tengah situasi inilah kita ditantang untuk memperjuangkan kembali Pancasila sebagai dasar etis dan filosofis dalam kehidupan berbangsa.

Dibutuhkan keberanian moral dari semua elemen bangsa terutama para pendidik, pejabat publik, dan pemimpin masyarakat, untuk menjadikan Pancasila bukan hanya slogan, tetapi dasar pijakan dalam setiap kebijakan dan tindakan.
Pancasila tidak bisa bekerja sendiri.

Ia membutuhkan manusia-manusia pancasilais, guru yang bijak, birokrat yang adil, mahasiswa yang kritis, pemimpin yang berintegritas, serta masyarakat yang saling menghargai perbedaan.

Dalam konteks lokal, Batam bisa menjadi pionir dalam memperkuat praktik nilai Pancasila melalui kolaborasi lintas sektor.
Menjadikan Pancasila Sebagai Gerakan Bersama.

Peringatan hari lahir Pancasila ini hendaknya menjadi momentum untuk menjadikan Pancasila sebagai gerakan bersama. Gerakan ini harus bersifat lintas sektoral dan melibatkan dunia pendidikan, lembaga keagamaan, komunitas seni, media lokal, hingga dunia usaha.

Hal ini dilakukan agar nilai-nilai Pancasila tidak hanya menjadi milik negara, melainkan menjadi milik dan tanggung jawab kita semua. Mari kita rawat keberagaman ini bukan dengan kecurigaan, tetapi dengan dialog.

BACA JUGA:  HARRIS Waterfront Batam Tawarkan Staycation Seru dengan Harga Spesial untuk Keluarga

Mari kita tegakkan keadilan bukan hanya dengan hukum, tetapi juga dengan nurani. Mari kita bangun persatuan bukan dengan pemaksaan, tetapi dengan rasa saling memiliki sebagai sesama anak bangsa. Pancasila bukan warisan usang, Pancasila adalah kompas moral yang terus relevan.

Mari kita hidupkan kembali semangat gotong royong, empati, dan toleransi dalam kehidupan sosial kita, Sebagai bentuk penghormatan terhadap para pendiri bangsa dan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.

Dirgahayu Pancasila! dari Batam untuk Indonesia. Mari kita bersatu dalam keberagaman, bergerak
bersama dalam semangat Pancasila

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *