Makyong : Seni Budaya Warisan Tiga Negara

Avatar photo

PRAWARAKEPRI.COM BATAM, – Seni Mak Yong merupakan seni pertunjukan yang terdapat di tiga negara yaitu Thailand (Pattani), Malaysia (Kelantan), dan Indonesia (Batam dan Bintan), Bedanya, Mak Yong di Malaysia dan Thailand penarinya tanpa mengenakan topeng.

Mak Yong dari Malaysia telah masuk dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO pada tahun 2008. Indonesia mengajukan Teater Mak Yong sebagai ekstensi Mak Yong Malaysia untuk masuk Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada 30 Maret 2025 lalu.

“Mak Yong itu teater yang menceritakan kisah dongeng dan mempunyai daya tarik sendiri dihati para penggemarnya sehingga bisa lestari sampai sekarang dan sering tampil dalam pertunjukkan kebudayaan. Seperti, Kenduri Seni Melayu (KSM) yang digelar rutin setiap tahunnya di Kota Batam.” kata Basri seperti yang dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam,

Basri atau lengkapnya Abdullah Basri adalah Penerus Sanggar Seni Warisan Pantai Basri di Pulau Panjang Kelurahan Setokok Kecamatan Bulang Kota Batam.

Dalam pertunjukannya, Cerita Mak Yong selalu berkisah tentang kehidupan istana dan kerajaan. Seperti, cerita raja-raja, permaisuri, tuan putri, putri mahkota yang ditimpa musibah dan biasanya berakhir dengan kemenangan melalui perjuangan..

Alunan musik tetawak, gendang, dan rebab terdengar mengalun, menandai dimulainya pementasan Mak Yong.

BACA JUGA:  POLDA KEPRI UNGKAP KASUS DUGAAN PENYALAHGUNAAN BBM BERSUBSIDI DI SPBU KABIL, KOTA BATAM

Kemudian para pemainpun memasuki panggung pertunjukan. Pementasan ini menyuguhkan iringan musik yang berpadu harmonis dengan lagu Melayu yang dibawakan oleh para pemainnya.
Salah satu pemain lengkap memakai baju berwarna kuning khas Melayu berikut aksesorisnya.

Sebutan untuk aksesoris ini pun berbeda-beda. Dikepala disebut senggeng, dileher disebut teratai dan yang dikenakan dipinggang berjuntai disebut cabok.

Kemudian pemain ini membawakan tiga lagu sambil menari dengan memakai cangai yang merupakan kuku palsu panjang terbuat dari bahan berkilat seperti emas.
Selanjutnya Ia membawakan Tari Jogi.

Di Batam, Tari Jogi sangat identik dengan pementasan Mak Yong, karena tarian ini dilakukan sebelum pertunjukan Mak Yong. Peralatan yang diperlukan dalam pertunjukan tari tersebut adalah rotan berai, parang, keris, kapak, panah, dan tongkat kayu.

Setelah pertunjukan tari selesai, giliran atraksi Mak Yong mengambil posisi. Para pemain memakai busana sesuai peran yang dibawakannya.

Bahasa Melayu sangat melekat pada setiap pertunjukkannya, Para pemeran Mak Yong terdiri dari Pak Yong (memerankan raja), Pak Yong Muda (memerankan pangeran), Putri Mak Yong (memerankan putri raja). Selain itu, ada beberPa tokoh lain dalam ceritanya, seperti munculnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang, dengan ciri khasnya memakai topeng.

Lalu, ada juga Pengasuh, yang merupakan orang kepercayaan raja, Wak Perangbon sebagai pengawal. Kemudian, ada Wak Perang Agun, Wak Perang Utan, Wak Perang Paya, Tok Mersi Mata Api, Tok Nojong, Kuda Hijau Pelana Kuning sebagai kuda jelmaan, Kijang Beremas Tunduk Rencana, Harimau Besar Sirejang, Kilat Sijanda Wangi Beranak Mude dan Sarung Batak Sakti.

BACA JUGA:  Komitmen Tetap Jaga Pemilu Damai, Kapolsek Sei Beduk Silaturahmi dan Koordinasi Kepada Camat Sei Beduk

Khusus Mak Yong di Batam, penampilan Mak Yong mengusung konsep hiburan, lebih kocak sehingga membuat penonton senang dan tertawa. Cerita yang berjudul Putri Siput Gondang, jadi salah satu lakon yang sudah tak asing lagi di Batam.

Ceritanya mengisahkan salah satu negeri yang bagus dan megah. Istri raja melahirkan siput, raja merasa keberatan dan akhirnya siput itu dibuang ke Teluk Tujuh Pantai Sembilan., Kemudian, ketika hari dimana istri raja ingin makan siput, lalu raja mempersilakan para wak-wak untuk mencarikannya ke teluk tersebut.

Ketika asyik mencari, terdengarlah suara dari tumpukan batu sehingga mereka penasaran. Wak-wak tersebut mendekati batu tersebut, dan menemukan ada siput besar. Mereka langsung bergegas melaporkan kejadian tersebut kepada raja dan membawanya ke istana.

Setelah sampai di istana, terdengarlah suara minta tolong dari dalam siput tersebut. Raja lalu memerintahkan untuk membelah siput tersebut. Setelah siput terbelah maka keluarlah putri yang cantik, kemudian putri tersebut bercerita bahwa ia adalah siput yang dulu dibuang belasan tahun yang lalu.
“Cerita ini memberikan pesan, dimana kita tidak boleh menghina hewan,” tutur Basri.

BACA JUGA:  Perdana Suzuki FRONX Resmi Mengaspal di Batam

Pertunjukan Mak Yong biasanya tidak selesai dalam satu malam. Sebuah cerita dapat berlanjut berhari-hari, bahkan sampai 15 hingga 44 malam. Namun, pada masa sekarang, tak mungkin cerita dibuat sebegitu panjangnya. Sekarang, rata-rata sebuah cerita dalam pementasan Mak Yong hanya berlangsung 1-3 jam.

Pertunjukan biasanya diadakan di lapangan terbuka, diberi atap plastik, tiang dihiasi dedaunan seperti daun kelapa. Dalam setiap pementasannya, jumlah pemain berkisar tiga puluh orang. Dalam pertunjukan Mak Yong, cerita biasanya diambil dari cerita rakyat.
“Sebelum tampil, kami mencari, menggali sejarah, untuk dibuat cerita dalam pertunjukan Mak Yong,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *